![]() |
Sunan Gunung Jati |
Deskripsi
| Catatan | |||
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 23 | ||
Tempat Kelahiran | : | Palestina | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1448/1450 M – (M) 1568/1569 M | * | |
Nama Lahir / Nama Alias | : | Syarief Hidayatulloh / Syech Maulana Jati / Syekh Maulana Akbar | ||
Orang Tua | : | Syarif Abdullah Umdatuddin + Nyai Rara Santang | ||
Berdakwah | : | Pendidikan Agama | ||
Karya | : | Kesultanan Banten | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Masyarakat Umum | ||
Wilayah Penyebarang | : | Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon |
Sunan Gunung Jati putra dari Syarif Abdullah dengan Nyai Rara Santang (Putri Prabu Siliwangi).
Versi 1
Sunan Gunung Jati adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin (Seorang Mesir - Keturunan ke-17 Nabi Muhammad)
Versi 2
Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar (Musafir dari Gujarat, India yang hijrah ke Tanah Jawa),
Versi 1
Keturunan Nabi Muhammad ke 18
Versi 2
Keturunan Nabi Muhammad ke 23
Makam terletak di Gunung Sembung, Desa Astana, Kec. Gunung Jati, Kab. Cirebon, Jawa Barat
Ibunda Syech Syarief Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang, setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Muda’im.
Syech Syarief Hidayatullah dengan didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar “Maulana Jati” pada tahun 1479.Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan, dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Versi 1
Sunan Gunung Jati adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin (Seorang Mesir - Keturunan ke-17 Nabi Muhammad)
Versi 2
Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar (Musafir dari Gujarat, India yang hijrah ke Tanah Jawa),
Versi 1
Keturunan Nabi Muhammad ke 18
Versi 2
Keturunan Nabi Muhammad ke 23
Makam terletak di Gunung Sembung, Desa Astana, Kec. Gunung Jati, Kab. Cirebon, Jawa Barat
Ibunda Syech Syarief Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang, setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Muda’im.
Syech Syarief Hidayatullah dengan didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar “Maulana Jati” pada tahun 1479.Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan, dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Perjalanan jauh yang ditempuh Sunan Gunung Jati dari Mesir menuju Pulau jawa, dimana selama perjalanannya ia melakukan dakwah menyebarkan agama islam diwilayah-wilayah yang di singgahinya termasuk di China.
Sunan Gunung Jati diriwatkan, memiliki 6 istri:
- Ong Tien Nio (Laras Sumanding) putri dari Kaisar Hong Gie, dikaruniai seorang anak "Pangeran Kuningan" tetapi tidak pernah dirawat oleh sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien, melainkan diadopsi dan dirawat Ki Gede Lurung Agung salah satu murid Sunan, hingga meninggal pada usia belum genap 1 tahun.
- Nyai Ratu Kawunganten, putri bupati Kawunganten Banten, dikaruniai 2 orang anak; Nyai Ratu Winahon dan Maulana Hasanudin, yang kemudian menjadi Sultan Banten. Hubungan dengan Demak terjalin karena Maulana Hasanuddin sendiri, menikahi salah seorang putri Sultan Trenggono, raja Demak ketiga.
- Nyai Babadan, anak Ki Gedeng Babadan, dikaruniai 2 orang anak; Pangeran Trusmi dan Ratu Martasari.
- Nyai Ratu Dewi Pakungwati, putri pamannya, Pangeran Cakrabuwana, tidak dikaruniai keturunan, sang istri wafat ketika dalam peristiwa terbakarnya Masjid Agung Sang Ciptarasa.
- Nyai Ageng Tepasari. Putri Ki Ageng Tepasan (salah seorang pembesar Majapahit yang sudah menjadi keluarga Demak setelah Majapahit runtuh), dikaruniai 2 orang anak; Ratu Wulung Ayu dan Pangeran Pasarean. Dari pernikahannya inilah konon awal dari hubungan kekeluargaan antara Demak dan Cirebon mulai terjalin. Dan hubungan makin terjalin erat dengan Demak, karena Ratu Wulung Ayu pun menikah dengan Pati Unus, yang kemudian menjadi raja Demak kedua menggantikan ayahnya, Raden Patah YTPHN.
- Nyai Lara Baghdad, putri Maulana Abdullrahman Al-Baghdadi, dikaruniai 2 orang anak; Pangeran Jayakelana (Putra Pertama), menikah dengan keluarga Demak juga, putri Raden Patah yang bernama Ratu Pembayun. Putra kedua, Pangeran Bratakelana, menikah dengan anak Raden Patah yang lain, yakni Ratu Nyawa. Yang setelah kematiannya dalam pertarungan melawan bajak laut sepulang dari Demak, kemudian diperistri oleh saudara tirinya, Pangeran Pasarean.
Syech Maulana Jati wafat pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah / 1568 M / 1491 Saka, tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa.
Sumber : Perpustakaan Tanah Impian
Foto : Istimewa
0 Komentar untuk "Sunan Gunung Jati 1448 - 1559"