Serang (dejavuBanten) - Adat istiadat suku baduy disebut sebagai tradisi Seba, yang berasal dari bahasa Sunda yang memiliki makna Saba yang artinya berkunjung atau silaturahmi. Seba adalah melakukan kunjungan resmi kepada penguasa beserta mengirim hasil bumi, ritual ini di lakukan sebagai bentuk silaturahmi, dan sebagai bukti kesetiaan warga Baduy kepada pemerintah. Disini melalui Bupati dan Gubernur. Seba di selenggarakan satu tahun sekali.
Seba terbagi dua, seba kecil dan Seba Besar
Seba kecil dilaksanakan, saat dimana hasil panen menghasilkan panen yang tidak berlimpah, maka pemimpin Baduy hanay mengadakan seba kecil saja. Yakni menyerahkan hasil panen saja, tanpa di tambah dengan perangkat dapurnya.
Sedangkan seba besar memerlukan persiapan lebih besar. Artinya selain hasil panen yang di serahkan, juga akan di tambah dengan pelengkap dapur.
Seba besar dilaksanakan saat hasil panen melimpah ruah. Namun pada intinya, masyarakat baduy pasti akan mengadakan seba ini, karena ini sudah merupakan tradisi suku baduy setiap tahun.
Sebelum tradisi seba di adakan, akan di awali dengan ritual Kawalu. Kawalu artinya suku baduy tidak boleh menerima tamu dari luar selama 3 bulan.
Seba besar membutuhkan persiapan fisik yang baik terutama untuk warga baduy dalam. Karena dalam pelaksanaannya harus menghadap ke bupati atau gubernur langsung. Dan perjalanan tersebut di tempuh harus tanpa naik kendaraan, dan tidak menggunakan alas kaki.
Biasanya mereka akan sampai di kantor gubernur sekitar 3 hari perjalanan. Kantor gubernur banten terletak di Jl.Letjen Kiyai Sjam’un kota Serang. Jarak dari Baduy di Pegunungan Kendeng ke pendopo gubernur Banten + 95 km.
Akan tetapi, hanya masyarakat baduy dalam saja yang tidak naik kendaraan, dan tanpa alas kaki. Mereka berjalan kaki dari desanya menuju Rangkasbitung yang berjarak + 45 km. Kemudian di lanjutkan esok harinya ke pendopo Gubernur, jaraknya + 50 km.
Sementara, warga baduy luar menggunakan kendaraan, karena mereka sudah menerima budaya luar. Disini uniknya, bisa di bayangkan warga Baduy dalam berjalan kaki, dan tanpa alas kaki dengan jarak tempuh 95 km.
Seba kecil dilaksanakan, saat dimana hasil panen menghasilkan panen yang tidak berlimpah, maka pemimpin Baduy hanay mengadakan seba kecil saja. Yakni menyerahkan hasil panen saja, tanpa di tambah dengan perangkat dapurnya.
Sedangkan seba besar memerlukan persiapan lebih besar. Artinya selain hasil panen yang di serahkan, juga akan di tambah dengan pelengkap dapur.
Seba besar dilaksanakan saat hasil panen melimpah ruah. Namun pada intinya, masyarakat baduy pasti akan mengadakan seba ini, karena ini sudah merupakan tradisi suku baduy setiap tahun.
Sebelum tradisi seba di adakan, akan di awali dengan ritual Kawalu. Kawalu artinya suku baduy tidak boleh menerima tamu dari luar selama 3 bulan.
Seba besar membutuhkan persiapan fisik yang baik terutama untuk warga baduy dalam. Karena dalam pelaksanaannya harus menghadap ke bupati atau gubernur langsung. Dan perjalanan tersebut di tempuh harus tanpa naik kendaraan, dan tidak menggunakan alas kaki.
Biasanya mereka akan sampai di kantor gubernur sekitar 3 hari perjalanan. Kantor gubernur banten terletak di Jl.Letjen Kiyai Sjam’un kota Serang. Jarak dari Baduy di Pegunungan Kendeng ke pendopo gubernur Banten + 95 km.
Akan tetapi, hanya masyarakat baduy dalam saja yang tidak naik kendaraan, dan tanpa alas kaki. Mereka berjalan kaki dari desanya menuju Rangkasbitung yang berjarak + 45 km. Kemudian di lanjutkan esok harinya ke pendopo Gubernur, jaraknya + 50 km.
Sementara, warga baduy luar menggunakan kendaraan, karena mereka sudah menerima budaya luar. Disini uniknya, bisa di bayangkan warga Baduy dalam berjalan kaki, dan tanpa alas kaki dengan jarak tempuh 95 km.
Foto : Istimewa
Labels:
Tradisi
Thanks for reading Tradisi Suku Baduy Dalam. Please share...!
0 Komentar untuk "Tradisi Suku Baduy Dalam"