Serang (dejavuBanten) - Kemajuan Kesultanan Banten, tidak terlepas dari dukungan banyaknya jumlah penduduk yang banyak, serta multi-etnis, antara lain: Jawa, Sunda dan Melayu, yang juga cukup banyak jumlahnya adalah Makasar, Bugis dan Bali.
Demografi Banten sekitar tahun 1672, diperkirakan terdapat antara 100.000 hingga 200.000 orang pria yang siap untuk berperang, tetapi sumber lain mengatakan, bahwa di Banten dapat direkrut sebanyak 10.000 orang yang siap memanggul senjata.
Dari catatan Dagh Register-(16.1.1673) menjelaskan, berdasarkan sensus yang dilakukan VOC pada tahun 1673, diperkirakan penduduk di kota Banten yang mampu menggunakan tombak, atau senapan berjumlah + 55.000 orang.
Sementara jumlah penduduk Banten, tanpa melihat asal usul mereka saat itu, diperkirakan berjumlah + 150.000 jiwa, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia.
Pada + tahun 1676 ribuan masyarakat Cina mencari suaka, dan bekerja di Banten. Gelombang migrasi ini akibat adanya perang di Fujian, dan kawasan Cina Selatan. Para pendatang tersebut, pada umumnya bermukim di sekitar pinggiran pantai, dan sungai serta memiliki perbandingan jumlah yang signifikan dibandingkan masyarakat India dan Arab.
Sementara di Banten beberapa kelompok masyarakat Eropa seperti Inggris, Belanda, Prancis, Denmark dan Portugal juga telah membangun pemukiman, dan gudang di sekitar Ci Banten.
Perekonomian di Banten, terbagi dua, di daerah pesisir, pada umumnya mereka berdagang, sedangkan di wilayah pedalaman , mereka cenderung bercocok tanam, membuka dengan diperkenalkannya sistem persawahan.
Hal ini dapat dilihat, dimana pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya lebih cenderung dengan melakukan kegiatan perladangan. Ditambah lagi dengan adanya naskah sanghyang siksakandang karesian yang menjelaskan, bahwa adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap). Dari ketiga istilah tersebut, terlihat jelas bahwa kegiatan mereka lebih kepada sistem perladangan, ditambah dengan nama-nama peralatanya, antar lain: kujang, patik, baliung, kored dan sadap.
Pada masa Sultan Ageng antara 1663 - 1667, pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun, dengan mengerahkan tenaga kerja sebanyak 16.000 orang.
Di sepanjang kanal yang baru dibangun tersebut, terdapat antara 30 dan 40.000 ribu hektare sawah baru, dan ribuan hektare perkebunan kelapa. 30.000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk di dalamnya orang-orang Bugis dan Makasar.
Sistem perkebunan tebu, yang dibawa oleh saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat cukup signifikan.
Literasi YSN
Sumber : dari berbagai sumber
Foto : Istimewa
Labels:
Kesultanan
Thanks for reading Pembangunan Perekonomian Kesultanan Banten 1663 - 1667. Please share...!
0 Komentar untuk "Pembangunan Perekonomian Kesultanan Banten 1663 - 1667"